Syaichona Cholil
sejarahnya,
Kyai Cholil terlahir pada tanggal 11 Jumadil Tsani 1235 Hijriah di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, yang terletak di ujung barat pulau Madura, Propinsi Jawa Timur.
Sejak kecil, Beliau mendapatkan pendidikan Agama langsung dari orang tua secara ketat. Kiyai Cholil sejak kecil memang sudah mempunyai sifat-sifat sebagai calon ulama yang berpengaruh besar. Diantara keistimewaan beliau adalah kehausan akan ilmu, terutama dalam bidang ilmu Fiqh dan Ilmu Nahwu ( Ilmu tata bahasa Arab). Beliau sudah hafal kitab Alfiyah, yang menjelaskan tata bahasa arab ketika masih muda.
Karena keinginan orang tuanya yang sangat kuat untuk mendidik anaknya menjadi ulama, kemudian pada sekitar tahun 1850 an, Kiyai kholil menuntuk ilmu sebagai santri di Pondok pesantren Langitan, Kabupaten Tuban yang di asuh oleh KH Muhammad Nur. Setelah merasa cukup, kemudian Kiyai Cholil lanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Setelah itu kemudian, beliau pindah ke Pondok Pesantren Kebon Candi,Pasuruan dan juga nyantri di tempat Kiai Nur Hasan yang masih termasuk familinya di Sidogiri.
Sejak beliau menjadi pengasuh pondok pesantren di Bangkalan, Madura, banyak pemimpin umat dan bangsa yang banyak di persiapkan oleh beliau. Diantara kiai-kiai tersebut adalah KH Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang, pendiri NU, kakek Gusdur), KH. Abdul Wahab Hasbullah (pendiri Pondok Pesantern Tambak Beras Jombang dan Pendiri NU), KH Bisri Syamsuri (Pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan pendiri NU), KH Ma’shum (Pendiri Pondok pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Musthofa ( Pendiri Pondok pesantren Rembang dan Pengarang Kitab) dan masih banyak yang lainya.
Kiai Kholil adalah seorang alum dalam Ilmu Nahwu, Fiqh dan tarekat. Beliau juga di kenal hafal al-qur’an dan menguasai segala ilmunya. Termasuk seni baca Al-qur’an tujuh macam (Qiroah sab’ah). Selain kelebihan tersebut, beliau juga mempunyai kemampuan pada hal-hal yang tidak kasat mata (tidak dapat di lihat). Sebab keleibahn tersebut, umat Islam Indonesia meyakini beliau adalah Waliyullah.
Kiai Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1243 H pada usia 91 tahun karena usia lanjut. Jejak dan langkahnya kini tetap menjadi monumen pada pejuang penerus dan pengikutnya. Di Indonesia kini ada 6000 lebih pondok pesantren yang sebagian besar mempunyai hubungan budaya dengan NU.
CERITA-CERITA TENTANG KH CHOLIL
1. Membaca yasin berkali-kali
Pada saat beliau masih menuntut ilmu di pondok pesantren kebon candi dan belajar di KH Nur Hasan harus dilakukan dengan cara tidak menetap, atau kalau dalam dunia santri di sebut santri kalong. Jarak antara pondok Kobon Candi dan Rumah Kiai Nur Hasan sekitar 7 km. selama perjalanan itu, beliau sambil membaca surat yasin sampai tamat berkali-kali.
2. Makan gratis
Kiai Kholil muda adalah sosok pemuda yang mandiri. Pada saat itu, dirinya ingin melanjutkan menuntut ilmu ke Makkah, Arab Saudi. Tetapi tidak ingin meminta biayanya kepada orang tua. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kiai Cholil sebelum berangkat ke Makkah terlebih dahulu ngaji di pondok pesantren Banyuwangi. Di pondok tersebut, beliau juga bekerja di kebun pengasuh pondok. Dengan bekerja di kebun sebagai pemetik buah kelapa, beliau di bayar 2,5 sen setiap pohon kelapa. Dengan penghasilan tersebut, uang yang didapatkannya di tabung untuk biaya menuntut ilmu ke makkah. Selain itu, untuk makan sehari-hari, beliau menjadi khodim di dalem pondok pesantren dengan mengisi bak mandi, mencuci pakaian dan melakukan pekerjaan yang lain. selain itu, Kiai Cholil juga menjadi juru masak bagi teman-temannya, dengan seperti itu dirinya bisa mendapatkan makan dengan gratis.
3. Hati-hati ada macan
Pada suatu hari di bulan syawal, KH Kholil memanggil semua santri, kemudian beliau mengatakan;
“Santri-santri sekalian.!! Untuk saat ini kalian harus memperketat penjagaan pondok. Karena tidak lama lagi, akan ada macan masuk kepondok kita”.
Sejak itu, setiap hari semua santri melakukan penjagaan yang ketat di pondok pesantren. Hal ini dilakukan karena di dekat pondok pesantren ada hutan yang konon angker dan berbahaya, sehingga kuatir jika yang di maksud macan akan muncul dari hutan tersebut. Setelah beberapa hari ternyata macan yang di tunggu-tunggu tidak juga muncul juga, sampai akhirnya sampai di minggu ke tiga sampai juga belum muncul.
Setelah masuk di minggu ke 3, Kiai Kholil memerintahkan santri-santri untuk berjaga-jaga ketika ada pemuda kurus, tidak terlalu tinggi dan membawa tas koper seng masuk ke komplek pondok pesantren.
Begitu sampai di depan rumah kiai Kholil mengucapkan salam
“ Assalamu’alaikum” ucap pemuda tersebut.
Mendengar salam pemuda tersebut, Kiai Kholil justru malah berteriak memanggil santri-santrinya.
“ Hai santri-santri, ada macan..macan ayo kita kepung, jangan sampai masuk kepondok” teriak Kiai Kholil.
Mendengar teriakan kiai Kholil, serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir pemuda tersebut yang dianggap Macan. Para santri yang sudah membawa pedang, celurit, tongkat, dan apa saja mengerubuti “macan” yang tidak lain adalah pemuda tersebut. Muka pemuda tersebut menjadi pucat pasi ketakutan. Karena tidak ada jalan lain, akhirnya pemuda tersebut lari meninggalakn komplek pondok tersebut.
Karena tingginya semangat untuk nyantri ke pondok yang diasuh oleh Kiai Kholil, keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Meskipun begitu, dirinya tetap memperoleh perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Karena rasa takut dan kelelahan akhirnya pemuda tersebut tidur di bawah kentongan yang ada di mussola pondok pesantren. Ketika tengah malam, dirinya di bangunkan dan dimarah-marahi oleh Kiai Kholil. Namun demikian, setelah itu dirinya diajak oleh Kiai Kholil kerumah dan dinyatakan sebagai salah satu santri dari pondok yang beliau pimpin. Sejak itu, remaja tersebut sebagai santri pondok. Pemuda yang dimaksud diatas adalah Abdul wahab atau Abdul Wahab Hasbullah yang menjadi salah satu pendiri NU. Ternyata apa yang dikatakan oleh Kiai Kholil, akhirnya Abdul Wahab Hasbullah benar-benar menjadi “ Macan” NU
4. Minta didoakan cepat kaya
Pada suatu waktu, Kiai Kholil mempunyai tamu yang berasal dari keturunan tionghoa yang terkenal dengan panggilan Koh Bun Fat, datang untuk keperluan pribadinya.
“Kiai, saya minta didoakan agar cepat kaya, karena aku sudah bosan hidup miskin”. Kata Koh Fat yang sedang miskin.
Setelah mendengar niat tamunya tersebut, Kiai Kholil meminta Koh Bun Fat untuk mendekat. Setelah mendekat, Kiai Kholil memegang kepala Koh Bun Fat dan memegangnya erat-erat sambil mengucapkan.
“Saatu lisanatan, Howang-howang, Howing-Howing. Pak uwang huwang nuwang. Tur kecetur salang kecetur, sugih.. sugih..sugih!”.
Saat itu diucapkan oleh kiai Kholil, tidak ada satupun yang ada memahami makna apa yang diucapkan oleh Kiai Kholil. Namun, dengan kata tanpa makna itu, Koh Bun Fat justru beerubah menjadi pengusaha Tionghoa yang kaya raya.
5. Pintu Rusak
Pada masa penjajahan, ada beberapa pejuang jawa yang bersembunyi di komplek pesantren Demangan. Ternyata hal itu diketahui oleh penjajah belanda, sehingga mengirim tentara untuk memeriksa pondok tersebut. Tetapi karena tidak menemukan para pejuang tersebut, Akhirnya mereka menangkap Kiai Kholil. Belanda berharap dengan seperti itu, para pejuang jawa akan menyerahkan diri.
Tetapi yang terjadi malah membingungkan belanda karena banyaknya kejadian yang terjadi terkesan aneh dan ganjil. Mula-mula, semua pintu tahanan tidak bisa ditutup, Ketika kiai Kholil di masukan ketahanan. Hal ini membuat tentara belanda harus berjaga siang dan malam agar tahanan tidak kabur. Hari-hari selanjutnya, ribuan orang dari Madura dan jawa mengunjungi kiai Kholil dengan membawakan makanan. Kejadian tersebut tentu membuat belanda pusing, akhirnya belanda membuat peraturan dilarang mengunjungi kiai Kholil. Ternyata peraturan tersebut tidak menyelesaikan masalah, karena mereka yang datang akhirnya berkerumun di sekitar rumah tahanan, bahkan ada yang meminta untuk ditahan bersama Kiai Kholil. Karena tidak ingin pusing dan masalah menjadi besar, akhirnya kiai Kholil di bebaskan tanpa syarat apapun.
6. Tongkat Dan Tasbih Ajaib
Berkaitan dengan cerita Kiai Kholil soal tongkat ajaib, kejadian ini berkaitan langsung dengan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
Pada saat itu, Kiai Wahab hasbulah dalam berbagai kesempatan selalu menyosialisasikan ide untuk mendirikan jam’iayah atau organisasi. Sebenarnya semenjak ide tersebut disosialisasikan, tidak ada masalah yang menghalangi kecuali restu dari KH Hasym Asy’ary. Karena beliau adalah guru dari Kiai Wahab sehingga dirinya merasa perlu mendapatkan restu langsung. Ketika gagasan tersebut dsampaikan, ternyata tidak langsung di setujui. Kh Hasyim Asy’ary perlu berhari-hari dan bulan untuk melakukan sholat Istikharah memohon petunjuk dari Allah, namun harapan itu tidak kunjung datang.
Kiai Kholil sebagai guru KH Hasyim Asy’ary mengamati kondisi tersebut. Kemudian beliau mengutus seorang santri yang juga masih cucunya sendiri, As’ad untuk menghadapnya.
“Saat ini Kiai Hasyim sedang resah, oleh karena itu, antar dan berikan lah tongkat ini kepadanya” Kata Kiai Kholil sambil memberikan tongkat yang dimaksud. “dan jangan lupa bacakan ayat ini surat thoha As’ad.
Setelah itu, As’ad kemudian pergi ke Jombang untuk menyampaikan pesan yang di bawanya serta menyampaikan tongkat. Hari berganti bulan dan bersama perjalanan waktu, organisasi yang sudah dirintis oleh Kiai wahab belum juga terbentuk, sehingga kiai Kholil mengutus As’ad yang kedua kali dengan membawakan tasbih dan meminta KH Hasym Asy’ary untuk mengamalkan Asmaul Husna yang berbuyi “Ya-Jabbar- Ya Qohhar”.
Setelah berjuang di bantu oleh kiai-kiai lain, akhirnya nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926, atau tepat 1 tahun setelah KH Cholil wafat yang jatuh pada tanggal 29 Romadhon 1343 H
Museum Cangkraningrat
Gedung Museum yang berada di jalan Soekarno-Hatta dan diberi nama " Cakraningrat
" ini telah diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jawa Timur, Imam
Utomo, pada tanggal 13 Maret 2008. Terletak bersebelahan dengan kantor
DPRD Bangkalan, gedung yang dibangun oleh Pemda Bangkalan ini.merupakan
bagian penting dari kantor Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariiwisata Kabupaten Bangkalan. Sebelum menempati gedung baru, museum
yang banyak mengkoleksi barang-barang peninggalan sejarah dan
benda-benda kuno ini berada di kompleks Rumah Dinas Bupati Bangkalan
(sebelah timur alun-alun Bangkalan). Karena dinilai kurang sesuai dengan
tuntutan sebagai fasilitas publik maupun kurang memiliki nilai
informatif bagi masyarakat umum, maka atas iniiatif Bupati Bangkalan,
R.KH Fuad Amin Spd, memindahkan museum ini ke tempat yang terbuka
sebagaimana sekarang ini. Agar museum ini mampu merefleksikan dan
menanamkan nilai-nilai monumental sejarah Bangkalan bagi siapa saja,
terutama bagi generasi muda, maka atas inisiatif beliau pula menamai
museum ini dengan nama " Cakraningrat ", sebuah gelar bagi raja-raja yang memerintah Bangkalan pada tahun 1648 - 1918.
Asal Usul Berdirinya Museum
Didorong oleh pemikiran dan tanggung jawab untuk melestarikan
benda-benda yang bernlai sejarah, warisan nenek moyang, maka atas saran
beberapa sesepuh Bangkalan seperti R.A. Roeslan Tjakraningrat, R.A.
Salehadiningrat Surjowinoto, R.P. Machfud Sosroadiputro, pada tahun
1950-1954 dilakukanlah inisiatif oleh pemerintah daerah dan pemerhati
budaya, untuk pengumpulan benda-benda maupun dokumen-dokumen milik
Keraton Bangkalan yang tersebar dan berada ditangan orang, untuk
kemudian dihimpun dan dirawat. Benda-benda dan dokumen-dokumen yang
terkumpul tersebut disimpan di sebuah gedung yang berada di kompleks
Pemakaman Raja-Raja Bangkalan " Pesarean Aer Mata " (Buduran, Arosbaya).
Untuk mengurus koleksi benda-benda bersejarah itu, pada tahun itu pula
dibentuk Yayasan Kona. Untuk lebih menjamin pengawasan atas
kelestariannya, maka atas inisiatif H.J. Soedjaki, Bupati Bangkalan pada
saat itu (1971-1976), bersama Yayasan Kona, benda--benda itu kemudian
pada tahun 1975 dipindahkan ke sebuah gedung di kompleks Pendopo Agung
Bangkalan (sebelah timur alun-alun Bangkalan). Mulai sejak itu
pemeliharan dan perawatan benda-benda tersebut secara resmi menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah dan pada tahun 1979 secara resmi
ditetapkan sebagai sebuah museum dengan nama " Museum Daerah Tk. II Bangkalan ".
Guna mewujudkan rasa tanggung jawab yang besar dari Pemerintah Daerah maupun untuk tujuan menanamkan serta meningkatkan apresisasi yang
tinggi masyarakat umum terhadap benda-benda yang bernilai sejarah itu,
maka pada tahun 2008 atas inisiatif Bupati Bangkalan, R.KH. Fuad Amin
Spd, Pemerintah Daerah kemudian memindahkan museum ke gedung baru yang
representatif, sebagaimana saat ini. Banyak benda pusaka dan benda kuno
yang bersejarah disimpan dan dipamerkan di tempat ini antara lain
koleksi senjata tombak, naskah tulis dan daun lontar, gamelan, alat
musik dan berbagai peralatan lainnya.
Mercusuar Bnagkalan
Mercusuar Sembhilangan atau Alat bantu
navigasi dalam pelayaran sangat penting dan banyak membantu para pelaut
Pada masa penjajahan hingga sekarang. Tapi selain itu Mercusuar ini
juga mempunyai nilai sejarah dan daya tarik wisata sejarah Di Bangkalan.
Mercusuar yang di bangun oleh Kerajaan belanda dan dibangun oleh Z.M.
WILLEM III pada tahun 1879 ini memiliki ketinggian lampu atau focal
plane setinggi 53 meter, dengan 1 buah lampu yang berpedar setiap 10
detik dengan jangkauan cahaya sejauh 50 meter. Menara berbentuk
poligonal dengan 12 sisi yang terbuat dari plat besi baja dengan
ketebalan dan kandungan timah yang sungguh menakjubkan. Menara ini
memiliki 16 ruang lantai dan 1 lantai khusus ruang lentera. Setiap
lantai terhubung dengan tangga melingkar dan masing – masing lantai
terdapat dua jendela. Menara memiliki kolom penyangga yang juga terbuat
dari besi baja dan tembus terhubung sampai lantai 16 dimana terdapat
panel pengoperasian lampu. Dahulu kolom penyangga ini digunakan sebagai
tempat mengerek karbit atau minyak tanah ketika masih belum
ditemukannya lampu pijar. Sekarang sudah tidak lagi digunakan karena
telah memakai kabel listrik sehingga penjaga mercu suar cukup
menyalakan lampu dari lantai bawah saja. Setiap bagian pelat baja
terdapat penomeran secara horizontal dengan 4 rangkaian pelat setiap
lantainya.
Saat ini kondisi mercu suar
masih berfungsi dan dikelola dengan baik oleh Adpel Tanjung Perak
meskipun penuh coretan vandalis dan jendela – jendela yang kurang
terawat. Tangga menuju lantai 14 telah hilang dan diganti dengan
tangga panjat. Bagian panel kayu yang hanya melingkupi dinding lantai
16 mulai lapuk dimakan usia. Namun secara keseluruhan besi baja sungguh
menakjubkan masih kokoh berdiri tanpa dimakan usianya yang sudah 130
tahun lebih. Di sekeliling menara terdapat bangunan rumah - rumah kecil
yang difungsikan sebagai tempat tinggal penjaga dan gudang. Saat ini,
mercusuar dijaga oleh 3 orang penjaga berstatus PNS Adpel. Lingkungan
mercusuarnya dikelilingi oleh hutan bakau yang indah dan terdapat
beberapa perumahan penduduk desa.
Jika
anda tertarik untuk memasuki kawasan ini, anda cukup membayar Rp.2000
di pintu masuk. Yah sebagai uang jasa dan membantu perekonomian dan
perawatan lingkungan sekitar. Dan jika anda ingin melihat pemandangan
dari puncak menara ada bisa naik dengan membayar Rp.2000.
Tapi sayang , tangan - tangan
jahil merusak keindahan tempat ini, corat-coret sana sini, sampah yang
berserakan merupakan hal yang patut kita sayangkan. Apalagi tempat ini
merupakan salah satu tempat bersejarah di kota Bangkalan. jadi " Jadi
Mari Kita Jaga Dan Jangan Kita salah Gunakan "
Bebek Sinjay
Harganya tidak terlalu mahal, satu porsi nasi bebek campur
(dada/paha + jeroan) harganya berkisar Rp. 17.500;. Daging bebek-nya
cukup empuk. Yang membuatnya tambah nikmat adalah sambalnya. Sensasi
asam-pedas membuat lidah bergoyang sekaligus air liur mengalir deras.
Bebek Goreng, Sambal dan Lalapan
Bila
Anda ke Madura dan penggemar nasi bebek, tidak ada salahnya mencoba
makan nasi bebek di Warung Nasi Bebek Sinjay Bangkalan, insyaallah tidak
nyesel, karena saya lihat banyak pengunjung dari luar kota, selain
makan di sana juga minta dibungkus untuk dibawa pulang ke rumah.
Spesifikasi Usaha
Nama Usaha : Warung Bebek Sinjay
Pemilik : Ibu Muslihah, 45 Tahun
Alamat Lengkap : Jalan Raya Ketengan No. 45 Burneh Kabupaten Bangkalan
Telpon : 031 3099574/ 031 7266 5949
Praktik Buka : Pukul 06.30 (dan tutup paling cepat pukul 16.00)
Menu Utama : Bebek Sinjay
Harga : Rp. 17.500,- (porsi nasi bebek campur)
Omzet : Bisa mencapai Rp. 25.000.000,-/hari (dengan asumsi 700 – 800 ekor bebek per hari)
Fakta Unik Si Bebek Sinjai !!!
- Ternyata, pemilik dan para pekerja warung ini tidak tahu-menahu tentang arti kata Sinjay. (nah lho?). Hal ini cukup mengejutkan mengingat warung bebek sinjay sudah cukup masyhur dalam skala nasional. Saya mencoba mencari arti kata Sinjay di internet, malah nyasar ke Sinjai, sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan.
- Ternyata, bebek sinjay ini menerapkan prinsip resep rahasia. Sehingga tidak heran, rasa sambelnya cukup khas. Walaupun sekilas tampak seperti sambal mangga muda biasa, tapi rasanya memang berbeda.
- Proses memasak Bebek sinjai juga dirahasiakan lho! Bahkan, ketika saya meliput usaha tersebut, saya diijinkan menambil dokumentasi, jeprat-jepret disana sini. Kecuali hanya satu tempat yang tidak boleh dipublikasikan, DAPUR. (nah lho?). Jadi, sedikit bergaya ala paparazi, saya mencoba mengambil gambar dapur dari sela-sela jendela.
- Semua pekerja adalah sanak famili Ibu Muslihah, pemilik usaha.
- Semua bebek yang disajikan disini adalah bebek hasil budidaya ternak masyarakat Madura sekitar. Warung bebek Sinjay ini memang menerapkan Socio-entrepreneurship dan pantang mengimpor bebek dari luar Bangkalan, Madura.
Tips Sukses Ala Bebek Sinjay (Ibu Muslihah)
- Niatkan segala usaha untuk ibadah kepada Allah SWT. prinsip ini dipegang teguh oleh beliau sejak awal karirnya. Sampai sekarang pun, komitmen niat ibadah masih dipertahankan.
- Prinsip Socio-entrepreneurship. Orang sukses itu bukanlah orang yang menjadi besar dengan sendirinya. Karena masih ada faktor Tuhan dan lingkungan. Oleh sebab itu, Beliau selalu berusaha mengangkat derajat sanak famili lewat usahanya. Bahkan, masyarakat sekitar juga kecipratan rejeki dengan budidaya bebeknya.
- Kerja
keras dan pantang menyerah. Ini merupakan karakter khas dari Orang
Madura. Mereka memang pantang menyerah dan terkenal sebagai pekerja
keras dimanapun mereka berada. Bahkan di tempat asalnya, Madura.
Makan Rato EbhuLegenda Tangisan Syarifah Ambami Meniupkan Daya Pikat untuk Dikunjungi
DlSUCIKAN – Memasuki gerbang komplek pemakaman, peziarah diwajibkan menjaga kebersihan dan kesuciannya, alas kaki harus dilepas. Selain sebagai tempat pemakaman Kanjeng Ratu Ibu, Permaisuri Cakraningrat 1, di komplek pemakaman ini juga dimakamkan Raja-raja Bangkalan yang lain. Madura tersohor sebagai lokasi ziarah. Makam-makam yang dianggap keramat bertebaran di berbagai pelosok pulau ini. Salah satu makam keramat yang paling sering disebut-sebut adalah Pesarean Aer Mata atau Makam Ratu !bu, di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Legenda Makam Rato Ebu, yang mata airnya diangap keramat membuat tempat ini populer. Ratu Ibu sendiri, adalah Syarifah Ambami, istri Raden Praseno, penguasa. Madura yang bergelar Cakraningrat I. Dari perkawinannya kali ini dia mempunyai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, Ri Undagan dan Ratu Mertoparti.
Alkisah, walaupun Panembahan Cakraningrat I ini memerintah di Madura, tetapi beliau banyak menghabiskan waktunya di Mataram, membantu Sultan Agung. Melihat keadaan yang demikian, Syarifah Ambami merasa sangat sedih. Siang malam beliau menangis meratapi dirinya. Akhirnya beliau bertekad untuk menjalankan pertapaan. Kemudian bertapalah Syarifah, di sebuah bukit yang terletak di daerah Buduran Arosbaya. Dalam tapanya, beliau memohon dan berdoa, semoga keturunannya kelak sampai pada tujuh turunan, dapat ditakdirkan untuk menjadi penguasa pemerintahan di Madura. Dikisahkan pula bahwa dalam pertapaannya itu, beliau bertemu Nabi Haedir AS. dari pertemuannya itu pulalah beliau memperoleh kabar bahwa permohonannya dikabulkan. Betapa senangnya hati beliau, akhirnya beliau bergegas pulang kembali ke Sampang.
Selang beberapa lama kemudian, Panembahan Cakraningrat I datang dari Mataram. Diceritakanlah semua pengalaman semenjak suaminya berada di Mataram, bahwa beliau menjalankan pertapaan, dan diceritakan pula hasil pertapaaannya kepada Panembahan Cakraningrat I. Setelah selesai mendengarkan cerita istrinya itu. Panembahan Cakraningrat I, bukanlah merasa senang, akan tetapi beliau merasa sedih dan kecewa terhadap istrinya, mengapa beliau hanya berdoa dan memohon hanya tujuh turunan saja. Melihat kekecewaan yang terjadi pada diri Panembahan Cakraningrat I ini, beliau merasa berdosa dan bersalah terhadap suaminya. Setelah Panembahan Cakraningrat I kembali ke Mataram, beliau pergi bertapa lagi ke tempat pertapaannya yang dulu. Beliau memohon agar semua kesalahan dan dosa terhadap suaminya diampuni. Dengan perasaan sedih, beliau terus menjalani pertapaannya. Beliau selalu menangis, menangis dan terus menangis, sehingga air matanya mengalir membanjiri sekeliling tempat pertapaannya, membentuk sendang.
Mata air ini, tidak pemah kekeringan meski di musim kemarau panjang. Sampai sekarang, masyarakat Madura mempercayai sumber air sendang ini keramat, terlepas dari masalah percaya atau tidak, air sumur ini diyakini sejumlah orang membawa khasiat, jika diminum bisa menyembuhkan penyakit, dan buat para pedagang, memerciki barang dagangannya dianggap bisa memperlancar rejeki, karena diyakini bisa mendatangkan berkah, pengurus Makam Aer Mata mengemasnya dalam botol plastik kemasan 1,5 liter, untuk dijadikan oleh-oleh.Pantai Siring KemuningPantai Siring Kemuning yang terletak di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura ini merupakan Pantai yang cukup Eksotis untuk dikunjungi. Disana, kita bisa melihat keindahan Pantai yang airnya jernih serta memikat siapapun yang berkunjung kesana. Perjalanan untuk mencapai Pantai Siring Kemuning ini menghabiskan waktu sekitar 1 jam dengan mengendarai sepeda motor dengan kecepatan rata-rata 60Km/Jam. Perjalanan menuju Pantai Tanjung Bumi juga tidak kalah mengesankan. Hamparan padi serta bukit menemani disetiap perjalanan menuju Siring Kemuning.
Bagus sekali postingnya......mungkin lebih bagus kalau dipisahin...dengan judul yang trpisah
BalasHapus